Minggu, 13 Maret 2016

Ujian Kepercayaan

Masihkah kamu akan percaya pada-Ku bila Aku yang paling kamu percaya, ternyata adalah dalang dibalik kesedihan mu??

Masihkah kamu akan berfikiran positif pada-Ku bila akhirnya kamu tau bahwa Aku sengaja menyakiti mu?
Masihkah kamuuu, akan memuja ku saat kamu tau, Aku “terlihat” menghianati mu?

Masihkah kamuu?

Semakin dipikir, semakin saya merasa semua ujian yang Allah berikan apapun bentuknya, baik senang maupun sedih bermuara pada satu hal, rasa percaya...

Adakah diantara kita yang benci pada orang tuanya karena sang orang tua menelantarkan kita sejak bayi? atau sang orang tua menjual kita? atau sang orang tua dengan sengaja membunuh kita? atau kasus lebih ringan, sang orang tua melakukan KDRT? Bila kita benci pada orang tua karena semua hal diatas apapun alasan dia, sengaja atau tidak, kesimpulannya hanya satu, bahwa kita tidak memiliki kepercayaan yang kuat pada orang tua kita...

Allah menguji itu, inti dari kepercayaan..
Percayakah Nabi Ibrahim pada Allah, ketika Allah minta Ismail sebagai kurban? Ismail adalah anak yang luar biasa dinanti setelah sekian lama, kemudian ketika terlahir Allah meminta nyawanya pada sang ayah..Apakah itu hal yang mudah? of course nope!! Jangankan minta Ismail, orang jaman sekarang, mutusin pacar haramnya aja susaaaahnya minta ampun, udah kaya dimintain apa aja..

See? ujian kepercayaan saling berpaut erat dengan banyak sifat positif lainnya kaya rela berkorban, sabar, ikhlas, dan husnudzon. Tanpa rasa sabar, ikhlas, postive thingking, sebuah kepercayaan tidak akan terbentuk sempurna!!
Allah adalah variabel tetap dalam kehidupan kita, variabel bergeraknya adalah waktu, dan kondisi. Waktu akan terus berjalan, dan kondisi akan berubah. Manusia (orang-orang yang kita cintai), harta benda, kesehatan, kecantikan, kekuasaan semuanya hanya icon yang akan sirna oleh perubahan waktu. Daaaan, sayangnya kebanyakan kita justru fokus berlebihan pada variabel bergerak itu, yang hanya sesaat akan kita miliki..

Allah menguji kepercayaan kita, dengan menyimpan satu per satu hal disekeliling kita, yang pelan-pelan kita cintai, kemudian pada saat yang telah ditentukan Ia mengambil kembali apa yang sudah dicintai. Kemudian Allah berikan lagi hal-hal baru yang kelak akan kita cintai, dan hilang lagi. Teruuus seperti itu.
Allah menguji kepercayaan kita dititik terlemah diri kita hingga di titik terkuat diri kita. Jadi sebenernya ungkapan, “Apa yang Allah berikan pasti yang terbaik” itu bukan sekedar kata-kata penghibur, itu adalah bentuk kepercayaan kita. Kepercayaan juga sangat erat dengan rasa cinta. Karena kepercayaan berhubungan dengan pengorbanan. Dan cinta adalah pengorbanan.

Ketika kita mencintai sesuatu (orang tua, suami,anak, sahabat), Allah akan menguji apakah kita mencintai orang tua kita, suami kita, anak dan sahabat kita lebih besaaar daripada kita mencintai Allah? Maka Allah ambil mereka yang kita sayangi untuk melihat respon kita, apakah kita bisa menerimanya dengan sabar, ikhlas dan tetap husnudzon? ataukah kita uring-uringan ga jelas, bahkan kita jadi benci pada Allah atas takdir yang diberikan?

Hidup tidak lain adalah serangkaian ujian. Sangat bodoh, bila sampai tua masih saja kita tidak menyadari bahwa disetiap ujian, seharusnya kita bisa terus memperbaiki diri. Beruntunglah mereka yang setiap diuji sadar diri dan berusaha menunjukkan performa terbaiknya sebagai seorang hamba Tuhan.
Perjalanan hidup anak Adam tidak lebih dan tidak kurang dari sebuah perjalanan cinta antara kita dan Tuhan. Saya mencintai orang tua saya, suami saya, anak saya, sanak-keluarga, tapi diatas itu semua kita harus mencintai Allah melebihi apapun termasuk melebihi cinta pada diri sendiri..

Ketika hanya karena ingin pacaran, kita menghianati Allah, sudah kelihatan jelas seperti apa kualitas kita. Mungkin inilah hikmah kenapa surga dibangun 7 lapis, pun neraka dibagun 7 lapis.

Siapa sih super-hero kita? pacar kita? yaelah, suami kita aja belum tentu akan selalu ada disamping kita, belum tentu bisa nurutin kemauan kita, buat apa loyal-loyal amat ama manusia?
Coba liat deh baik-baik, Tuhan kita itu ga pernah absen ngeliatin kita, dengerin kita, jagain kita. Dia yang paling tau tentang kita melebihi siaaaaapaaa pun termasuk suami kita. Dia yang paling sayang sama kita melebihi siapapun didunia ini. Dia yang berkali-kalipun dilupakan oleh kita, tapi ga pernah bosen untuk terus menjaga kita. Dia adalah super-hero satu-satunya yang selalu ada diberbagai situasi dan kondisi terpelik-pun. Disaat tidak seorang pun termasuk orang yang paling kita cintai dapat menolong kita, Dia ada disana..
Manusia (baca keluarga, suami, sahabat) bisa menghianati mu. Tapi Allah ga akan pernah seperti itu. Ga akan..Itu adalah jaminan dan harga mati. Manusia tidak pantas diperbandingkan dengan Allah..ga pantas..

Bila kita menghianati Allah hanya karena seseorang, percaya deh bukan tidak mungkin suatu waktu dimasa depan, orang yang kita bela-belain dengan mengorbankan Allah akan melukai kita (senjata makan tuan). Tidak ada kebaikan yang bisa diambil dari perbuatan jahat. Sesuatu yang dimulai dengan hal yang tidak baik, tanpa tobat, akan berakhir tidak baik. Udah banyaklah contohnya .

Hidup kita tergantung dari bagaimana kita lulus dari ujian ini. Disetiap yang hilang dan kita korbankan ikhlas karena Allah, pasti akan Allah ganti dengan yang lebih baik . Alam semesta tak akan diam dari mendoakan orang-orang yang tulus berkorban karena ketakwaannya kepada Allah..

Ayo sadar diri bahwa hidup adalah rangkaian ujian, berikan performa terbaik, dan jangan pernah lupa untuk berdoa agar senantiasa diberi kemampuan melalui ujian-ujian kehidupan dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar