Rabu, 17 Februari 2016

Perjalanan Kehidupan

Renung-renung malam sepi dalam untaian nada tak bersuara hanya merintih, menangis, sedih, luka bagai terkulai lemas. Aku dan jiwaku terpaku dalam nada-nada yang tak bisa di ungkapkan kata demi kata, bait demi bait, dan alur demi alur. Cerita panjang yang akhirnya kandas dalam perjuangan sesaat.

Melawan takdir adalah hal yang paling tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia tidak berdaya seperti kita, mengubah arang menjadi api, mengubah debu menjadi asap, mengubah angin menjadi hujan, mengubah air mata menjadi tawa. Semua itu adalah hal-hal tersulit yang tak dapat di tembus akal manusia seperti kita, berjuang untuk hidup atau berjuang untuk berkuasa.

Hari yang satu dengan hari yang lain telah berlalu membawa pahit duka nestapa yang begitu mendalam. Merubah alur menjadi jalan panjang yang tak berketentuan arah. Aku dan perjalanan hidupku kini mulai melarikana diri dalam hutan-hutan cemoohan, hutan-hutan hinaan, hutan-hutan makian dan perulangan yang tak dapat dipungkiri baik atau buruknya.

Aku kian bertanya dalam dengki dan dendam. Mengubah kata maaf menjadi bencana panjang. Aku tak sanggup membawa semua beban yang terkulai lebar sendiri, membawa lari darah yang membawaku dalam ajal kematian.

Tapi, kini kesadaranku mulai nyata adanya, bahwa aku dalam hidup ini harus yakin akan merpati putih yang baik dan penuh tanya, memaafkan semua, membuatnya menjadi indah pada waktunya.

Berlarilah dengan mulia dalam hidup yang penuh dusta nestapa, berlarilah dengan membawa kehancuran. Yakinilah semua berubah dengan indah dan nikmat, penuh rasa, penuh suka cita, baik cepat atau lambat, kelak dunia akan membuktikan kebenaran mutlak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar