Senin, 22 Februari 2016

Riana ( Part 1)

Melihat senyumnya, sebuah kebahagiaan untukku. Menatap binar matanya, kesejukan tersendiri buatku. Berada di sampingnya, kenyamanan yang tak pernah ku harap berakhir, hari itu, dan sampai kapan pun. Mencintainya, anugerah terindah yang diberikan Tuhan untukku. Menjaga, menyayangi, melindunginya, adalah hal termahal dalam sejarah cerita cintaku.
Mungkinkah kau rasakan itu, cintaku? Aku masih di sampingnya, memetik senar gitar untuk ku mainkan lagu permintaannya.

“Menatap indahnya senyuman di wajahmu, membuatku terdiam dan terpaku… mengerti akan hadirnya cinta terindah…”
Ia tersenyum lagi. Kali ini lebih manis dari dua puluh menit yang lalu kami berdiam di sini. Ku lanjutkan lagi bait demi bait lagu yang ku hafal. “Aku ingin engkau selalu… hadir dan temani aku… di setiap langkah yang meyakiniku… kau tercipta untukku… sepanjang hidupkuu…”. Aura bahagia terpancar dari wajah manisnya. Aku mencubit gemas pipinya yang chubby, lalu tentu saja, diiringi gerutu dan omelan darinya. Ya, dia. Riana ku.
Riana. Dengan wajah supermanis empat puluh lima watt yang mampu meluluhkanku dalam hitungan detik. Pipinya yang chubby seperti pear, membuatku tak henti mencubitnya ketika kami bersama. Matanya sedikit sipit. Kulitnya tidak putih, kuning langsat khas Indonesia. Rambutnya lurus sebahu, namun tetap terlihat manis dengan poninya yang pendek. Mungkin cupid telah melesatkan panahnya ke hatiku, sehingga aku mengenal dan mencintai Riana.
Ya, Gadis cantik dan manis yang kini duduk di sampingku.

“Sampai kapan aku slalu bersama dengan mu”
Riana menunduk dalam. Aku menatapnya. “Sampai kapan pun sayang”Riana memandangku Lalu memelukku. Aku membalas pelukannya. Mengecup keningnya. Mencoba meyakinkannya bahwa aku selalu ada untuknya.
“Selama beberapa hari ini aku sangat bahagia, kau selalu ada buat buatku riana, besok kau akan pergi,  tolong jangan pergi secepaat itu, aku tak ingin kau pergi dari ku” pinta ku pada pujaan hati.
“aku juga pasti akan merindukan kamu sayang, tapi maaf aku tak bisa menunda kepergian ku, aku sangat mencintai mu sayang?” sahut riana yang sambil membujuk ku..

Hari ini riana pulang, aku pun bersiap-siap untuk menemui riana.
“Riana, kau jadi mau berangkat hari ini?” iya,  "Mama ku sudah menunggu ku aku sudah siap untuk  berangkat". Namun sebelum sempat ia pergi, aku mengecup kening  dan memeluk nya dengan erat seakan aku enggan melepas nya kekasihku itu .

Kring..kring...suara panggilan dari ponsel riana mengagetkanku dan Riana. Sontak, Riana melepaskan pelukannya dariku, dan menjaaawab telpon dari mama nya.
“Sayang waktu nya aku untuk pergi,
I Love You,” ujarnya pelan.
“ aku hanya mengangguk paham" Hati-hati ya, jawab ku
Aku menatap kepergian Riana. Sampai akhirnya Riana menoleh dan membalas tatapanku.

Setelah melepas kepergian Riana aku pun melanjutkan langkah untuk kembali kerumah. Tanpa aku sadari aku menangisi, tangisan yang enggan berpisah dari nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar